Tentang Ibu dan Anaknya "Ibu, Pelita Hidupku"

Tangannya memang kasar, tapi belaiannya selalu lembut. Cara bicaranya memang cukup tinggi, tapi sekali ia mengucap rindu selalu sampai menyentuh kalbu. Dia ibuku, berkatnya aku tau bagaimana harus tersenyum saat dunia tak baik sekalipun.
Ibuku tau, anaknya keras kepala. Tak semua perintahnya bisa anaknya laksanakan dengan cepat. Tapi ia selalu tau banyak cara. Dengan iming – iming tambahan uang jajan ia selalu berhasil membuat anaknya ini beranjak dari tempat tidur.
Ibuku adalah wanita super, dia bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Memasak lauk untuk sarapan, menjemur baju dan menyiapkan kebutuhanku selalu ia selesaikan di pagi hari bahkan sebelum dirinya sarapan. 
Malam hari ketika aku pulang, belum tepat jam 9 pun ia sudah terlelap. Melihatnya tidur meringkuk, rasanya ingin sekali aku peluk. Tapi aku malu. 

____________________________________

Setelah sekian lama tak bisa ku lihat tidur lelapnya, akhirnya sekarang aku bisa. Selama aku dan ibu terpisah jarak dan kesibukan, ia selalu bilang untuk jaga kesehatan dan tidak lupa makan. Bahkan beberapa kali dalam 1 tahun ia mengunjungi ku, memasakan makanan favorit ku dan makan bersamaku.
Sekarang saat giliranku mengunjungi ibu, ibuku tengah terlelap dengan posisi meringkuknya seperti biasa. “Bu..”, panggilku. Tapi malam ini ibu tak merespon ku. Ku peluk tubuh hangatnya, ia pun berbalik memelukku. Senang sekali rasanya bisa memeluknya hangat, dan terasa haru memang.
“Ibu, dulu aku malu memelukmu karena terlalu banyak waktu yang ku habiskan denganmu. Sehingga aku tidak sadar bahwa memelukmu adalah hal yang paling berharga. Kini aku tak ingin kehilangan kebersamaan denganmu ibu. Cukupkan sedihmu sekarang. Besok, lusa dan seterusnya akan ku buat ibu bahagia.”

Selamat Hari Ibu

-Anakmu

Komentar