Media massa bukan barang baru bagi masyarakat dunia
khususnya Indonesia yang notabene merupakan Negara demokrasi. Bermula dari
media cetak hingga kini media elektronik selain tv dan radio yakni media
internet yang telah mendominasi setiap gerak-gerik kehidupan manusia. Pada
umumnya semua media massa mempunya empat fungsi dasar yakni informasi, edukasi,
hiburan dan persuasif. Media massa sudah berumur tua dan telah memberikan
pengaruh yang besar disetiap kehidupan manusia. Media massa yang paling tua
yakni media cetak seperti Koran, majalah, dll yang tidak luput memberikan
peranan sebagai alat mengubah dunia. Dalam sejarah Amerika, media massa saat
itu digunakan sebagai alat untuk menjatuhkan presiden dan mempersuasif
masyarakat.
Media massa banyak digunakan pemiliknya untuk berbagai hal
dari yang positif bahkan hingga yang negatif. Indonesia merupakan Negara yang
mempunyai banyak media milik swasta atau perorangan. Akan tetapi dari banyaknya
media massa milik swasta tersebut hanya dimiliki oleh beberapa orang saja.
Contohnya seperti ARB sebagai pemilik antv dan tvone serta media onlinenya,
Surya Paloh pemilik metrotv dan MI, Dahlan Iskan pemilik Jawa Pos yang
bercabang di kota-kota tersebar se-Indonesia. Hal tersebut membuat para aktivis
pengamat media massa di Indonesia angkat bicara bahwa di Indonesia telah
terjadi konglomerasi media atau media-media yang hanya dimiliki segelintir
orang saja.
Hal itu menunjukan keserempakan yang nampak jelas dari media dengan pemilik yang sama,
kepentingan-kepentingan si pemilik media dengan mudahnya diatur dan didukung
dengan banyaknya media yang dimiliki sehingga masyarakat mudah percaya karena
bukan hanya satu media saja yang berbicara hal yang sama. Kegelisahan muncul
dari para aktivis, jalan terbaik yang diambil oleh para aktivis yakni dengan
memberikan wawasan tentang media kepada masyarakat atau lebih dikenal dengan
gerakan literasi media. Di mana gerakan tersebut dimaksudkan untuk mencegah
masyarakat dibodohi atau terpengaruh begitu saja oleh media. Keputusan tepat
diambil aktivis, karena sangat sulit untuk memperbaiki media yang ada dengan
harus melawan para pemilik modal. Selain itu, pemerintah dengan lembaga
kontroling medianya dianggap belum mampu memberikan aturan-aturan dan tindakan
tegas untuk menghalau gerakan media yang banyak menyimpang dan memanfaatkan
ketidak tahuan khalayak.
Hingga kini gerakan literasi media masih berlanjut
beriringan dengan berjalannya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan media yang
tanpa henti, akan tetapi gerakan literasi media sedikit banyaknya telah
memberikan pengaruh yang nyata dengan mampu memberikan kritikan dan solusi
untuk menyaring kegiatan media yang dapat meracuni pemikiran khalayak dengan
mudah. Seperti belakangan ini gerakan literasi media berhasil mensosialisasikan
kegiatan pemberitaan pemilu dan kampanye pemilik media yang menyalahi aturan.
Selain itu, gerakan literasi media sudah melakukan kritikan terhadap KPI untuk
memberantas tayangan tv yang merusak remaja maupun anak-anak dengan tayangan
sinetron yang lebih banyak mengandung hiburan semata dibandingkan pendidikan. Sejauh ini mereka masih berusaha keras
melakukan kontroling terhadap media agar tidak membodohi masyarakat, dukungan
dan bantuan semoga tetap mengiringi segala bentuk aksi positif yang mereka
lakukan.
Komentar
Posting Komentar