- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh: Nadaa Kamelya Yasmin
Hitam adalah perlambang kesunyian, misteri dan kerahasiaan yang bisa berujung duka. Pekat dan gelap yang akan tampak dari warna hitam seakan menjadi kesan yang menakutkan.
Sore itu cuaca cukup mendung. Seorang gadis remaja berpakaian sekolah lengkap duduk di halte bus menunggu jemputan. Dilihat dari seragamnya, dia adalah siswi sekolah menengah pertama. Sesekali gadis itu menundukkan kepala. Dia merasa jenuh.
Halte yang tampak sepi dan waktu terus berlalu bahkan langit malam mulai menyapa tetapi belum ada yang datang menjemputnya. Gadis itu tampak berpikir apakah dia akan pulang dengan berjalan kaki?
Helaan napas terdengar lirih, gadis itu mengeluh namun akhirnya dia bangkit dan menyusuri jalan untuk pulang menuju rumah. Tampak dari kejauhan seseorang wanita dengan gaun merah memperhatikan gerak-gerik sang gadis yang mulai menjauh dari halte dengan senyum setipis mungkin, tepatnya seringaian.
Rumah sederhana dengan cat yang mulai pudar tepat berada di ujung jalan yang gadis itu telusuri. Bisa dilihat bahkan dinding rumah ini terbuat dari kayu berbeda dengan rumah lainnya. Keadaan rumah ini bisa dikatakan kurang layak huni meski bangunannya tetap kokoh berdiri.
Sang gadis menatap rumah itu dengan pandangan sendu. Sesekali helaan napasnya terdengar lirih. Dia mulai memejamkan mata, merasakan semilir angin sore yang mulai dingin menyapa helaian rambut sebahu yang dibiarkan terurai.
Dibukanya pagar rumah itu yang terbuat dari kayu. Langkah kakinya mantap tepat menuju pintu depan rumah. Tangannya saling menggenggam seakan menahan rasa gugup. Memberi keberanian pada dirinya sendiri untuk mengetuk pintu rumah itu tiga kali.
Tok...tok...tok...
Hening, tiga ketukan dengan waktu yang tidak sebentar menjadi irama pelengkap di sore yang cukup gelap ini. Tidak ada sahutan sama sekali. Gadis itu mencoba untuk mengetuk pintu kembali.
Tok...tok...tok
Dia berharap ada sahutan dari sang pemilik rumah atau dibukakan pintu. Namun tetap hening tak ada apapun. Perlahan langkah dia berjalan mundur. Dia tidak memperhatikan lantai kayu yang keropos dan mengakibatkan kaki sang gadis terperosok.
Trak!
Jantung gadis itu berdetak cukup kencang. Kaget tentu saja dan dia mulai merasa tidak nyaman berada di depan rumah ini. Seakan ada sorot mata tajam yang memperhatikannya dari awal dia memandang rumah ini.
Gadis ini mencoba berdiri. Dilihat kakinya sedikit memar. Ringisan kecil terdengar dari bibir sang gadis. Dia sedikit menundukkan kepala melihat bagian kakinya yang memar. Berniat untuk menyentuhnya namun sebelum dia menyentuh, ada tangan lain yang mencengkram pergelangan kakinya cukup kuat. Napas Sang gadis memburu membuatnya sesak akibat terkejut. Bulir keringat mulai turun di pelipisnya. Matanya terpejam, bibirnya kelu untuk berteriak seakan ada sesuatu yang menahannya untuk mengeluarkan suara.
"Hai gadis manis."
Dia mendengarnya, sapaan halus seseorang atau bahkan entah apa itu. Sang gadis sedikit berjengit sesuatu mengusap rambutnya halus. Kakinya masih terasa sakit akibat cengkraman kuat tangan seseorang. Logikanya tidak bisa bekerja sama, pikirnya bagaimana bisa kedua tangan bersamaan bisa mencengkram kaki dan mengusap rambut. Bibir gadis itu sedikit bergetar menahan tangis.
Hening tidak ada suara apapun. Gadis itu mencoba untuk membuka matanya. Saat dia membuka mata alangkah terkejutnya dia berada kembali di halte saat tadi dia pulang sekolah. Napasnya berhembus cepat seakan telah berlari maraton. Diarahkan pandangannya ke kiri dan ke kanan. Benar ini adalah halte awal dia menunggu jemputan tadi. Seingatnya tadi dia berjalan. Lalu tiba di sebuah rumah.
Gadis itu menundukkan kepala melihat kakinya. Tetapi kakinya baik-baik saja tidak ada luka memar seperti yang dia alami saat di rumah itu. Tangannya menyentuh kepalanya yang sedikit berdenyut. "Apa ini hanya mimpi?" Pikirannya seakan buntu tak bisa menemukan titik terang.
Segera dia bangkit sebelum itu melihat jam di pergelangan tangannya 17.03 wib. Helaan napas terdengar resah. "Sepertinya aku bermimpi," ucap sang gadis lirih.
Buru-buru gadis itu pergi dari halte untuk pulang kerumahnya dengan berlari karena langit mulai gelap. Setelah gadis itu pergi angin bertiup cukup kencang. Seorang wanita bergaun merah yang memperhatikan sang gadis menyeringai lebar sembari tekikik kecil.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar